Sabtu, 29 Desember 2012

Etika Profesi dalam Auditing


Peranan Etika dalam Profesi Auditor

Profesi auditor menetapkan standar teknis dan standar etika yang harus dijadikan panduan oleh para auditor dalam melaksanakan audit.
Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi sebagai orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan kepentingan.
Kode etik atau aturan etika profesi audit menyediakan panduan bagi para auditor profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil keputusan-keputusan sulit.

Pentingnya Nilai-Nilai Etika dalam Auditing

Beragam masalah etis berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan auditing. Banyak auditor menghadapi masalah serius karena mereka melakukan hal-hal kecil yang tak satu pun tampak mengandung kesalahan serius, namun ternyata hanya menumpuknya hingga menjadi suatu kesalahan yang besar dan merupakan pelanggaran serius terhadap kepercayaan yang diberikan.
Untuk itu pengetahuan akan tanda-tanda peringatan adanya masalah etika akan memberikan peluang untuk melindungi diri sendiri, dan pada saat yang sama, akan membangun suasana etis di lingkungan kerja.
Masalah-masalah etika yang dapat dijumpai oleh auditor yang meliputi permintaan atau tekanan untuk:
  1.         Melaksanakan tugas yang bukan merupakan kompetensinya
  2.         Mengungkapkan informasi rahasia
  3.   Mengkompromikan integritasnya dengan melakukan pemalsuan, penggelapan,     penyuapan dan sebagainya.
  4.        Mendistorsi obyektivitas dengan menerbitkan laporan-laporan yang menyesatkan.

Jika auditor tunduk pada tekanan atau permintaan tersebut, maka telah terjadi pelanggaran terhadap komitmen pada prinsip-prinsip etika yang dianut oleh profesi.
Oleh karena itu, seorang auditor harus selalu memupuk dan menjaga kewaspadaannya agar tidak mudah takluk pada godaan dan tekanan yang membawanya ke dalam pelanggaran prinsip-prinsip etika secara umum dan etika profesi. etis yang tinggi; mampu mengenali situasi-situasi yang mengandung isu-isu etis sehingga memungkinkannya untuk mengambil keputusan atau tindakan yang tepat.

Dilema Etika

Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang di mana keputusan mengenai perilaku yang pantas harus dibuat.
Auditor banyak menghadapi dilema etika dalam melaksanakan tugasnya. Bernegosiasi dengan auditan jelas merupakan dilema etika.
Ada beberapa alternatif pemecahan dilema etika, tetapi harus berhati-hati untuk menghindari cara yang merupakan rasionalisasi perilaku tidak beretika.
Berikut ini adalah metode rasionalisasi yang biasanya digunakan bagi perilaku tidak beretika:
  1.      Semua orang melakukannya. Argumentasi yang mendukung penyalahgunaan pelaporan pajak, pelaporan pengadaan barang/jasa biasanya didasarkan pada rasionalisasi bahwa semua orang melakukan hal yang sama, oleh karena itu dapat diterima.
  2.           Jika itu legal, maka itu beretika. Menggunakan argumentasi bahwa semua perilaku legal adalah beretika sangat berhubungan dengan ketepatan hukum. Dengan pemikiran ini, tidak ada kewajiban menuntut kerugian yang telah dilakukan seseorang.
  3.          Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya. Pemikiran ini bergantung pada evaluasi hasil temuan seseorang. Umumnya, seseorang akan memberikan hukuman (konsekuensi) pada temuan tersebut.

Pemecahan Dilema Etika

Pendekatan enam langkah berikut ini merupakan pendekatan sederhana untuk memecahkan dilema etika:
  1.  Dapatkan fakta-fakta yang relevan,
  2. Identifikasi isu-isu etika dari fakta-fakta yang ada,
  3. Tentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh dilema etika,
  4. Identifikasi alternatif-alternatif yang tersedia bagi orang yang memecahkan dilema etika,
  5. Identifikasi konsekuensi yang mungkin timbul dari setiap alternative,
  6. Tetapkan tindakan yang tepat.





Sumber : 
suhardi.ubb.ac.id/wp.../02/materi-3.pptx
s




Minggu, 02 Desember 2012

Etika Bisnis


A. Pengertian etika bisnis

Pengertian Etika Bisnis dapat dibedakan menjadi:
  1. Secara makro: etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi secara keseluruhan.
  2. Secara   meso:   etika   bisnis   mempelajari   masalah-masalah   etis   di   bidang organisasi
  3. Secara mikro: etika bisnis difokuskan pada hubungan individu dengan ekonomi dan bisnis.

Menurut Zimmerer, etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi.
Etika bisnis menyangkut moral, kontak sosial, hak-hak dan kewajiban, prinsip-prinsip dan aturan-aturan.

Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu:
  1. Suap          (Bribery),   adalah   tindakan   berupa   menawarkan,   memberi, menerima   atau   meminta   sesuatu   yang   berharga   dengan tujuan mempengaruhi  tindakan  seorang  pejabat  dalam  melaksanakan kewajiban publik. Suap dimaksudkan untuk memanipulasi seseorang dengan membeli pengaruh. 
  2. Paksaan (Coercion), adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau dengan menggunakan jabatan atau ancaman. Coercion dapat berupa ancaman untuk mempersulit kenaikan jabatan, pemecatan, atau penolakan industri terhadap seorang individu.
  3. Penipuan (Deception), adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja dengan mengucapkan atau melakukan kebohongan.
  4. Pencurian (Theft), adalah merupakan tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita atau mengambil property milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa property fisik atau konseptual.
  5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), adalah perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis  kelamin,  kewarganegaraan,  atau  agama.

menurut Muslich (1998 : 31-33) prinsip-prinsip etika bisnis terdiri dari:
  • Prinsip Otonomi

           Prinsip  otonomi  memandang  bahwa  perusahaan  secara  bebas  memiliki wewenang  sesuai  dengan  bidang  yang  dilakukan  dan  pelaksanaannya  sesuai dengan visi dan misi yang dimilikinya. Kebijakan yang diambil perusahaan harus diarahkan untuk pengembangan visi dan misi perusahaan yang berorientasi pada kemakmuran dan kesejahteraan karyawan dan komunitasnya.
  • Prinsip Kejujuran

     Kejujuran  merupakan  nilai  yang  paling  mendasar  dalam  mendukung keberhasilan suatu perusahaan. Kejujuran harus diarahkan pada semua pihak, baik internal maupun eksternal perusahaan. Jika prinsip kejujuran ini dapat dipegang teguh  oleh  perusahaan,  maka  akan  dapat  meningkatkan  kepercayaan  dari lingkungan perusahaan tersebut.
  • Prinsip Tidak Berniat Jahat

      Prinsip  ini  memiliki  hubungan erat  dengan prinsip  kejujuran. Penerapan prinsip kejujuran yang ketat akan mampu meredam niat jahat perusahaan itu.
  • Prinsip Keadilan

     Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan sistem bisnis. Contohnya, upah yang adil kepada karyawan sesuai kontribusinya, pelayanan yang sama kepada konsumen, dan lain-lain.
  • Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri

     Perlunya menjaga citra baik perusahaan tersebut melalui prinsip kejujuran, tidak berniat jahat dan prinsip keadilan.

Isu-isu etika bisnis
1.    Isu sistemik yang berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan etika yang timbul mengenai lingkungan dan sistem yang menjadi tempat beroperasinya suatu bisnis atau perusahaan: ekonomi, politik, hukum, dan sistem-sistem sosial lainnya.
2.    Isu organisasi  yang  berkenaan  dengan  pertanyaan-pertanyaan  etika  tentang perusahaan tertentu.
3.    Isu individu yang menyangkut tentang pertanyaan-pertanyaan etika yang timbul dalam kaitannya dengan individu tertentu di dalam suatu perusahaan.


Sumber    :
Google.com (Etika Profesi STAN 2012)